ESTIMASI KARBON TERSIMPAN PADA TUMBUHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DI RAWA LEBAK
Oleh: Siti Hanifah Al Fitri ; Pembimbing: Krisdianto, Joko Purnomo
Program Studi Biologi Fakultas MIPA Unlam
Jl. A. Yani Km 36 Kampus Unlam Banjarbaru Kalsel
Telp. (0511) 4771306
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi jumlah karbon tersimpan dalam biomassa tumbuhan eceng gondok di rawa lebak. Metode yang digunakan yaitu pengukuran biomassa, pengukuran karbon, pengukuran serat kasar, pengukuran kadar abu, dan pengukuran parameter lingkungan. Nilai karbon tersimpan dalam biomassa tumbuhan eceng gondok berkisar antara 210,33 - 1161,26 gm-2. Nilai rerata karbon tersimpan eceng gondok berkisar antara 268,84 - 1005,63 gm-2. Rerata tertinggi kandungan karbon terdapat pada stasiun Tungkaran 2 yaitu sebesar 1005,63 gm-2dan terendah terdapat pada stasiun Sungai tabuk yaitu sebesar 268,84 gm-2. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam pengembangan rawa. Sehingga dari data ini dapat diketahui bahwa tumbuhan air yang hidup di rawa berpotensi juga dalam menyerap karbon di atmosfer.
Kata Kunci: Eichornia crassipes, Karbon tersimpan, Rawa lebak
This research intent for mengestimasi to foot up decarbonizes to be kept deep biomassa eceng's plant thyroid at swamped lebak. Method that is utilized which is measurement biomassa, measurement decarbonizes, crude fiber measurement, measurement titrates ash, and environmental parameter measurement. Point decarbonizes to be kept deep biomassa eceng's plant ranging thyroid among 210,33 1161,26 gm -2 . Average point decarbonizes to be kept by eceng ranging thyroid among 268,84 1005,63 gm -2 . Obstetric supreme average carbon is gotten on Tungkaran's station 2 which is as big as 1005,63 gm -2 and to be contemned available on tabuk's River station which is as big as 268,84 gm -2 . Acquired data from yielding observational it can be utilized as material of reference in developmental swamped. So from this data gets to be known that the living one water plant at swamped potentially also in absorb carbon at atmospheric.
Key word: Eichornia crassipes , Lebak's swamp, Saved carbon
1. PENDAHULUAN
Isu lingkungan yang menarik saat ini adalah pemanasan global dan perubahan iklim, yang ditandai dengan peningkatan kadar emisi (CO2) di udara dan peningkatan yang tinggi terhadap kenaikan permukaan air laut. Pemanasan global menyebabkan meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Rata-rata temperatur permukaan bumi sekitar 15° C (59 °F). Selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 °C (1 °F). Kenaikan temperatur ini mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 - 100 cm (Apps et al., 2003).
Jenis gas rumah kaca yang memberikan sumbangan paling besar bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida. Kenaikan kadar karbondioksida, dipercepat dengan berkembangnya teknologi yang menggunakan bahan bakar dari biomassa fosil
Adanya tumbuhan sebagai penyimpan karbon menyebabkan CO2 dalam atmosfer turun (Bouwman, 1990). Melalui fotosintesis, CO2 diserap dan diubah oleh tumbuhan menjadi karbon organik dalam bentuk biomassa. Biomassa merupakan suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi ke dalam bentuk karbon, alkohol maupun kayu. Kandungan karbon absolut dalam biomassa atau jumlah karbon yang tersimpan pada suatu biomassa dikenal dengan istilah carbon storage atau karbon tersimpan
Rawa sebagai salah satu bagian dari lahan basah yang banyak terdapat di Kalimantan Selatan mempunyai banyak sekali jenis tumbuhan yang mampu menyerap karbon di atmosfer dan kemudian menyimpannya dalam bentuk karbon tersimpan (Suryandari, 2008).
Vegetasi di lahan rawa cukup beragam dan mampu beradaptasi terhadap daerah yang anaerob dan tergenang air baik secara musiman atau tetap. Gulma berdaun lebar yang mengapung memiliki keunggulan dalam kegiatan fotosintesis, penyediaan oksigen, dan penyerapan sinar matahari. Tumbuhan air mempunyai sifat pertumbuhan dan regenerasi yang cepat. Berbeda dengan tumbuhan darat, bobot tumbuhan air disangga oleh airnya (Ewusie, 1990).
Kelebihan lain dari tumbuhan eceng gondok adalah kemampuannya dalam menyerap CO2 di atmosfer sehingga dapat mengurangi emisi karbon di atmosfer dan mencegah terjadinya pemanasan global (Ewusie, 1990).
Tingginya produksi biomassa memberikan indikasi bahwa vegetasi tersebut memiliki potensi yang baik untuk menyerap karbon. Inilah yang menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang karbon tersimpan pada biomassa tumbuhan terutama pada eceng gondok. Hal ini dilakukan karena belum adanya penelitian mengenai karbon tersimpan dalam biomassa tumbuhan eceng gondok.
II. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dirumuskan adalah bahwa eceng gondok mampu melakukan proses fotosintesis, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran berapa besar potensi karbon tersimpan dalam biomassa eceng gondok yang hidup di rawa lebak Kabupaten Banjar.
III. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan
1. Untuk mengetahui besarnya biomassa eceng gondok yang hidup di rawa lebak
2. Untuk mengestimasi jumlah karbon tersimpan dalam biomassa eceng gondok yang hidup di rawa lebak
3. Mengetahui besarnya serat kasar eceng gondok yang hidup di rawa lebak
4. Mengetahui kadar abu eceng gondok yang hidup di rawa lebak
IV. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi besarnya biomassa eceng gondok, kandungan karbon tersimpan dalam biomassa eceng gondok, serat kasar dan kadar abu, sehingga data tersebut dapat dijadikan salah satu bahan rujukan untuk pengelolaan rawa dalam mengurangi dampak pemanasan global.
V. METODOLOGI PENELITIAN
5.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung dari bulan April sampai Juli 2009 bertempat di Rawa lebak dangkal dan tengahan Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan. Lahan rawa yang diteliti adalah lahan yang ditumbuhi eceng gondok.
5.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan antara lain bor tanah, neraca analitik, timbangan, kamera digital merek akira, GPS (Geographical Positioning System) tipe CSX 60, oven merek carbolite, neraca analitik merek ohauss, merek gibertini, dan merek ohauss tipe explorer, erlenmeyer, pH meter, pipet, termometer, Spektrofotometer merek UV, SSA
Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel tumbuhan eceng gondok, sampel air, sampel tanah, akuades, katalis campuran selenium, H3BO3 2 %, HCl 0,1 N, HCl 25 %, K2Cr2O7 1 N, H2SO4
5.3 Posedur Kerja
a. Pengukuran biomassa
Penentuan stasiun dan plot dilakukan secara purposive. Letak stasiun
b. Pengukuran karbon pada eceng gondok
Untuk melakukan pengukuran terhadap karbon tumbuhan yaitu dengan menggunakan metode penetapan C-Organik (Metode Walkey dan Black).
c. Pengukuran serat kasar eceng gondok
Pengukuran serat kasar ini bertujuan menghilangkan bahan-bahan dalam eceng gondok yang mudah terhidrolisis.
c. Pengukuran kadar abu
Cawan disiapkan, di bakar dalam tanur, kemudian didinginkan dalam desikator. Sampel ditimbang 2 g dalam cawan, kemudian diletakkan dalam tanur pengabuan, dibakar sampai didapat abu berwarna abu-abu atau sampai beratnya konstan. Pengabuan dilakukan dalam dua tahap. Pertama pada suhu sekitar 400 oC dan kedua pada suhu 550 oC. Sampel didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang.
d. Pengukuran parameter lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan profil lingkungan habitat eceng gondok. Pengambilan sampel tanah untuk setiap lokasi akan dilakukan pada 3 titik berbeda dan dikompositkan
VI. Metode Analisa
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan hierarchical cluster pada biomassa berat kering serta karbon tersimpan dan pembahasan dengan mengacu pada berbagai aspek parameter yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk grafik.
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
7.1 Biomassa berat kering eceng gondok
Rerata tertinggi biomassa berat kering terdapat pada stasiun 4 yaitu sebesar 2081,33 gm-2 dan terendah terdapat pada stasiun 6 yaitu sebesar 538,63 gm-2, lihat Gambar grafik 1.
Biomassa tumbuhan merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tumbuhan (Sitompul & Guritno, 1995).
Besarnya biomassa berat kering ini berpengaruh terhadap besarnya karbon dalam jaringan tumbuhan, hal ini sesuai menurut Lakitan (1996) bahwa berat kering tumbuhan menggambarkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tumbuhan dari senyawa-senyawa anorganik terutama air dan CO2.
7.2 Serat kasar eceng gondok
Rerata tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 26,61 % dan terendah pada stasiun 6 yaitu sebesar 23,59 %, lihat Gambar grafik 2.
Serat eceng gondok ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan. Pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan kerajinan dapat mengurangi emisi CO2 di atmosfer, karena dengan pembuatan produk tersebut dapat memperlambat produksi emisi CO2 dan mengurangi terjadinya pemanasan global.
7.3 Kadar abu eceng gondok
Hasil analisis kadar abu masing-masing stasiun sebesar 13,91 - 24,83 %. Nilai rerata kadar abu berkisar antara 15,86 - 22,97 %. Rerata tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 22,97 % dan terendah pada stasiun 4 yaitu sebesar 15,86 %, lihat Gambar grafik 3.
Menurut Sudarmadji et al., (1989), abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, pengukuran kadar abu ini bertujuan untuk mengetahui bahan organik yang hilang pada saat proses pengabuan, sehingga yang tertinggal hanyalah bahan anorganik.
7.4 Karbon Tersimpan
Rerata tertinggi kandungan karbon terdapat pada stasiun 5 yaitu sebesar 50,65 % dan terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 44,93 %, lihat Gambar grafik 4.
Karbon adalah unsur penting sebagai pembangun bahan organik, karena sebagian besar bahan kering tumbuhan terdiri dari bahan organik. Salah satu fungsi utama dari cahaya pada pertumbuhan tumbuhan adalah untuk menggerakkan proses (mesin) fotosintesis dalam pembentukan karbohidrat.
Mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tumbuhan hidup (biomasa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tumbuhan.
Yang mempengaruhi besarnya karbon tersimpan adalah besarnya biomassa. Ini sesuai menurut Hilmi & Kusmana (2001) bahwa besarnya biomassa tumbuhan dapat mempengaruhi nilai kandungan karbon dari tumbuhan tersebut.
Dengan adanya hasil penelitian tentang karbon tersimpan dalam tumbuhan eceng gondok yang hidup di rawa lebak dapat disimpulkan bahwa eceng gondok mampu mengurangi terjadinya pemanasan global. Untuk itu perlu adanya pengelolaan rawa untuk mengurangi terjadinya pemanasan global.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam pengembangan rawa. Sehingga dari data ini dapat diketahui bahwa tumbuhan air yang hidup di rawa berpotensi juga dalam menyerap karbon di atmosfer. Dengan data ini dapat disimpulkan bahwa rawa dan tumbuhannnya berpotensi sebagai penyerap karbon di atmosfer. Sehingga bukan hanya tumbuhan darat saja yang dimanfaatkan sebagai penyerap karbon di atmosfer, tetapi tumbuhan air juga berperan dalam mengurangi dampak pemanasan global.
7.5 Analisis klaster
Dendogram tersebut menunjukkan bahwa stasiun 1, 2, 5, dan 7 memiliki kemiripan yang paling dekat dibandingkan dengan stasiun lainnya. Stasiun 2 dan 6 memiliki kedekatan yang relatif mirip. Stasiun 3 memiliki kemiripan yang relatif jauh dengan stasiun lainnya. Stasiun 4 memiliki kemiripan yang paling jauh dengan stasiun lainnya, lihat Gambar Grafik 5.
VIII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Rerata tertinggi biomassa berat kering terdapat pada stasiun Tungkaran 2 yaitu 2081,33 gm-2 dan terendah terdapat pada stasiun Sungai tabuk yaitu 538,63 gm-2 .
2. Kandungan karbon tersimpan tertinggi terdapat pada stasiun Tungkaran 2 yaitu 1005,63 gm-2 dan terendah terdapat pada stasiun Sungai tabuk yaitu 268,84 gm-2.
3. Rerata tertinggi serat kasar eceng gondok terdapat pada stasiun Keramat baru yaitu 26,61 % dan terendah pada stasiun Sungai tabuk yaitu 23,59 %
4. Rerata tertinggi kadar abu eceng gondok terdapat pada stasiun Keraton yaitu 22,97 % dan terendah pada stasiun Tungkaran 2 yaitu 15,86 % .
5. Dengan adanya hasil penelitian tentang karbon tersimpan dalam tumbuhan eceng gondok yang hidup di rawa lebak dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam pengembangan rawa.
Ucapan terimakasih
Kepada Drs. Krisdianto, MSc selaku pembimbing utama dan Joko Purnomo, SP., MP selaku pembimbing ke dua yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi hingga selesai.
DAFTRAR PUSTAKA
Apps, M. J. Canadell, M. Heimann, V. Jaramillo, D. Murdiyarso, D. Schimel
Arifin, J. 2001. Estimasi Cadangan Karbon Pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan Di Kecamatan Ngantang, abstr. Tesis. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Malang.
http://www.worldagroforestry.org/SEA/Publications/searchpub.asp?publishid=1346
Diakses 20 Januari 2009.
Artati, E, Effendi, A, & Haryanto, T. 2009. Pengaruh konsentrasi larutan pemasak pada proses delignifikasi eceng gondok dengan proses organosolv. Fakultas Teknik UNS. Surakarta
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah aliran Sungai (DAS). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal : 440-517.
Basuki Mutiara, A. Nugroho & R, Sukreso. 2004. Informasi teknis stok karbon organik dalam tegakan Pinus merkusii, Agathis loranthifolia dan tanah. Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB.
http://www.bpk-solo.or.id/hasil_penelitian/2004/inforstokkarbonpinus.pdf
Diakses tanggal 18 Februari 2009
Hairiah, K., Sitompul. SM., M. van Noordwijk & C. Palm. 2001. Carbon stocks oftropical land use systems as part of the global C balance : Effects of forest conversion and options for ‘clean development’ activites. International for Research in Agroforestry.
Hairiah, K & Rahayu, S. 2007. Pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan.
Hilmi, E & Kusmana, C. 2008. Model Pendugaan Potensi Karbon Flora Bakau. Fahutan IPB. Bogor.
Khiatudin, M. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air dan Teknologi Rawa Buatan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Cetakan ke-2.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Terjemahan dari Plant Physiologi 4 th Edition oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung Sastroutomo. 1991. Ekologi Gulma. Gramedia. Jakarta
Widjaja, A. 1986. Pengelolaan Lahan Pasang Surut dan Lebak. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
Gambar Grafik
Gambar 1. Biomassa berat kering
Gambar 2. Persentase Serat Kasar
Gambar 3. Persentase Kadar Abu
Gambar 4. Karbon Tersimpan
Gambar 5. Dendogram Kemiripan Antar Stasiun Dengan Perbandingan Biomassa Berat Kering
Keterangan :
Stasiun 1 : Keraton Stasiun 5 : Penggalaman
Stasiun 2 : Keramat baru Stasiun 6 : Sungai tabuk
Stasiun 3 : Tungkaran 1 Stasiun 7 : Sungai rangas
Stasiun 4 : Tungkaran 2